Ini bukan saja sebuah judul, atau tema
yang kita angkat. Tetapi ada sesuatu yang istimewa disana. Pokok bahsan
kita pada seseorang yang mempunyai kepribadian narsisme. Narsisme
merupakan kepribadian yang di punyai seseorang dalam keadaan seperti
terlalu mencintai diri sendiri, istilahnya berlebihan. Apa yang ada pada
dirinya, ingin sekali ditampakkan ke hadapan publik. Suka narsis, foto
dengan pose anggun, anggle atas, setelah itu di upload. Dengan begitu
harapan bisa dilihat semua orang, bahwa dirinya mempunyai kelebihan.
Seperti saat foto gaya, bagi laki-laki
yang mempunyai postur tubuh six pax, selanjutnya dia berfoto sendiri
dengan berbagai ragam angle mau atas, samping ataupun depan. Yang
penting dia terlihat keren setelah melihat hasil jepretan fotonya
sendiri. Berharap publik menilai hasil fotonya bagus, liat kameranya
dulu. Tapi yang narsisme, berharap ada orang memuji dia. Kalau laki,
berharap dia dipuji tampan. Sebaliknya cewek, ingin dipanggil cantik
anggun, dan sebagainya.
Berikut merupakan salah satu deteksi
seseorang itu narsisme lewat tindakan, sikap. Bagaimana kalau melihat
kepribadian seseorang yang mempunyai daya narsisme positif lewat otak.
Bagaimana caranya dan apakah bisa?. Secara mustahil bukan, karena
narsisme atau suka narsis di depan kamera memang begitu cara melihat
seseorang itu punya dampak positif terhadap narsis. Orang itu
benar-benar narsis lewat sikapnya.
Tetapi, dengan perkembangan teknologi
mutakhir. Hal itu bisa dilakukan, mari kita lihat hasil penelitian
berikut. Akan dijelaskan secara panjang dan lebar. Peneliti
menggunakan pencitraan resonansi magnetik untuk memindai otak dari 34
orang. “Hasilnya, sebanyak 17 orang menderita gangguan narsisme,” tulis
Live Science, Senin, 24 Juni 2013. Penderita narsisme menderita
kekurangan wilayah abu-abu di bagian korteks serebral. Wilayah abu-abu
ini disebut abu insula anterior kiri. Bagian ini terdiri atas neuron sel
tubuh dan sel-sel otak non-neuron yang memberikan nutrisi dan energi
pada neuron.
Menurut American Psychiatric
Association, penderita narsisme sebenarnya memiliki rasa hendah diri,
tapi diproyeksikan dengan menampilkan arogansi dan kesombongan. Stefan
Röpke, profesor psikiatri dari Universitätsmedizin Berlin, Jerman juga
mengungkapkan, salah satu ciri narsisme adalah kurangnya rasa empati
mereka. Umumnya, pasien mampu mengenali apa yang orang lain rasakan dan
pikirkan, tetapi secara lahiriah menunjukkan sedikit kasih sayang.
Diatas sudah dijelaskan bagaimana cara
kita atau dunia teknologi melihat kepribadian seseorang utamanya
narsisme lewat otak kita. memang sebelumnya, narsisme terjadi pada
seseorang akibat dari beberapa hal. Kurangnya kasih sayang pada dia,
sehingga dia pun berusaha ada yang menyayangi dia. Meskipun dia sendiri
yang memberikan sikap kasih sayang pada dirinya. Padahal yang diharapkan
ada seseorang yang selalu menyayangi dia. Dalam keadaan apapun.
Untuk itu, bukanlah saran. Hanya saja
membalikkan pose dari sikap dirinya yang terlalu sayang pada dirinya
berlebihan. Dengan selalu memberikan perhatian bagi dia yang suka narsis
baik dalam sikap di depan kamera ataupun lainnya. memberikan perhatian
adalah utama bagi dia, apalagi memberikan kasih dan sayang padanya.
Perkembangan teknologi yang menemukan cara melihat narsisme seseorang
lewat otak, bisa memberikan bantuan pada kita untuk membaca bahwa dia
mempunyai kepribadian narsisme sekarang atau tidak.
Memang saling sayang, cinta, seperti
mencintai diri sendiri. Bukan hal yang biasa, tapi luar biasa. Apalagi
bagi mereka yang sedang mengalami narsisme. Perhatian orang tua kepada
anak itu utama, demi perkembangan otak pada anak lebih sehat. Dan
terhindar dari kepribadian narsisme. Kepada kekasih yang dicintainya,
juga butuh kasih sayang selamanya. Hingga akhir hayat nanti, bila memang
mereka jodoh anda. Sekian, salam kami teknologi akan berkembang pesat
mulai kemarin. Hari ini kita sudah tahu, dan mengetahuinya.
Sumber: http://syardash.com/melihat-narsisme-seseorang-lewat-otak.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar